Makalah Manajemen Pendidikan Evaluasi Model-Model Sekolah
27 September 2018
Makalah manajemen kali ini akan membahas kembali tentang manajemen pendidikan dengan judul yang berbeda dari sebelumnya. makalah kali ini berjudul : Evaluasi Model-Model Sekolah
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kami sehingga sanggup menuntaskan makalah ini tepat pada waktunya, kedua kalinya shalawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW, lantaran Beliaulah yang telah memperjuangkan agama islam ini sehingga kita sanggup mengecap manisnya kepercayaan menyerupai yang kita rasakan hari ini.
Semoga segala dukungan serta bimbingan dari Dosen memperoleh jawaban yang berlipat ganda dari Allah SWT. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan lantaran keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh lantaran itu sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. biar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Lempuing Jaya, Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN..................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Msalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan Pembahasan........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Evaluasi........................................................................ 3
2.2 Ciri-Ciri Evaluasi............................................................................ 4
2.3 Jenis-Jenis Evaluasi......................................................................... 5
2.4 Model Evaluasi............................................................................... 7
BAB III KESIMPULAN............................................................................... 16
DATFAR PUSTAKA.................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Secara umum, penilaian mempunyai dua fungsi utama yaitu untuk mengetahui pencapaian hasil mencar ilmu siswa dan hasil mengajar guru. Pengetahuan perihal hasil mencar ilmu siswa terkait dengan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil mengajar guru terkait dengan sejauh mana guru sebagai manajer mencar ilmu siswa dalam hal merencanakan, mengelola, memimpin, dan mengevaluasi.
Realitas memperlihatkan bahwa masih banyak yang mereduksi penilaian sebagai acara tes. Hal ini dibuktikan dengan acara penilaian yang menonjol di lembaga, dan satuan pendidikan. Kegiatan tersebut ialah pelaksanaan tes yang dilaksanakan sesudah penyelesaikan pokok bahasan tertentu (kompetensi dasar tertentu) sebagai tes formatif dan tes simpulan semester yang dikenal dengan tes sumatif serta tes yang diselenggarakan di simpulan jenjang pendidikan tertentu dalam bentuk ujian simpulan sekolah dan ujian nasional. Dari tes formatif, sumatif, hingga ujian simpulan sekolah dan ujian nasional, sebagian besar dalam bentuk tes. Tes tersebut sebagian besar dalam bentuk tes tertulis. Padahal, tes tertulis hanyalah salah satu bentuk tes (di samping tes verbal dan tindakan), dan tes hanyalah salah satu dari teknik penilaian (di samping teknik nontes/alternative test).
Dalam goresan pena ini akan mendeskripsikan secara ringkas perkembangan studi perihal penilaian yang telah melahirkan banyak sekali model evaluasi. Dengan mengetahui ragam model penilaian diharapkan akan menambah khazanah info kepada para pelaku pendidikan, khususnya tenaga pengajar. Oleh lantaran itu, untuk mengetahui pencapaian hasil mencar ilmu siswa dan efektivitas proses pembelajaran sanggup dilakukan dengan menentukan salah satu model penilaian atau menggabungkan dua model penilaian atau lebih.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Evaluasi?
2. Bagaimana Ciri-Ciri Evaluasi?
3. Apa Jenis-Jenis Evaluasi?
4. Bagaimana Model Evaluasi?
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk Mengetahui pengertian Evaluasi
2. Untuk mengetahui Ciri-ciri Evaluasi
3. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Evaluasi
4. Untuk mengetahui Model Evaluasi?
1.4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN EVALUASI
Istilah penilaian berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evaluation”. Menurut Edwin Wand dan Gerald W. Brown, Evaluasi ialah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai daripada sesuatu. Sesuai dengan pendapat tersebut maka penilaian pendidikan sanggup diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 perihal Sistem Pendidikan Nasional, Evaluasi Pendidikan ialah acara pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap banyak sekali komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
Tayibnapis (2000) mengemukakan bahwa definisi perihal penilaian yang ditulis oleh para andal bervariasi berdasarkan sudut pandang masing-masing. Antara lain Tyler mendefinisikan penilaian sebagai proses menentukan sejauhmana tujuan pendidikan dicapai.
Cronbach, stufflebeam dan Alkin memberi definisi penilaian sebagai penyediaan info untuk pembuatan keputusan. Maclom dan Provus mendefinisikan penilaian sebagai perbedaan apa yang ada dengan sesuatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih.
Tyler (Fernandes, 1984:1) mengemukakan bahwa, penilaian ialah suatu proses untuk menentukan seberapa jauh tujuan pendidikan sanggup dicapai. Sementara itu, Kaufman & Thomas (1980) “evaluation is a process of helping to make things better than they are, of improving the situation”, penilaian ialah suatu proses untuk membantu dan memperbaiki sesuatu menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Menurut Anas Sudijono (2005) secara umum penilaian sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya mempunyai tiga macam fungsi pokok, yaitu:
(1) Mengukur kemajuan,
(2) Menunjang penyusunan, dan
(3) Memperbaiki atau melaksanakan penyempurnaan kembali.
Terkait dengan evaluasi, Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin (2004:1-2) menyatakan bahwa penilaian ialah acara untuk mempengaruhi info perihal bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya info tersebut dipakai untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil suatu keputusan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas sanggup disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penilaian dalam konteks pendidikan ialah serangkaian upaya atau langkah-langkah strategis untuk pengambilan keputusan dinamis dan dipusatkan pada pembakuan-pembakuan dalam penyelenggaraan pendidikan. Evaluasi merupakan pembuatan pertimbangan berdasarkan suatu kriteria yang disepakati dan sanggup dipertanggungjawabkan.
2.2 CIRI-CIRI EVALUASI
Inti dari ciri-ciri sebuah penilaian biasanya dilakukan oleh pengajar yang berupa memperlihatkan tes maupun non tes dalam rangka menentukan apakah penerima didiknya menguasai atau tidaknya suatu suatu materi atau pembelajaran yang telah diberikannya.
Terkadang juga penerima didik sanggup melaksanakan penilaian kepada guru dengan melaksanakan pertanyaan dari refrensi lain dimana ada perbedaan antara klarifikasi guru dengan refrensi yang telah dipelajarinya.
2.3 JENIS-JENIS EVALUASI
1. Jenis Evaluasi Berdasarkan Tujuan
a. Evaluasi Diagnostik ialah penilaian yang di tujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
b. Evaluasi Selektif ialah penilaian yang di gunakan untuk menentukan siswa yang paling tepat sesuai dengan kriteria agenda acara tertentu.
c. Evaluasi Penempatan ialah penilaian yang dipakai untuk menempatkan siswa dalam agenda pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.
d. Evaluasi Formatif ialah penilaian yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatan proses mencar ilmu dan mengajar.
e. Evaluasi sumatif ialah penilaian yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan bekerja siswa.
2. Jenis Evaluasi Berdasarkan Sasaran
a. Evaluasi Konteks. Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks agenda baik mengenai rasional tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam perencanaan
b. Evaluasi Input. Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun taktik yang dipakai untuk mencapai tujuan.
c. Evaluasi Proses. Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan faktor kendala yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.
d. Evaluasi Hasil Atau Produk. Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil agenda yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan.
e. Evaluasi Outcom Atau Lulusan. Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil mencar ilmu siswa lebih lanjut, yankni penilaian lulusan sesudah terjun ke masyarakat.
3. Jenis Evalusi Berdasarkan Lingkup Kegiatan Pembelajaran
a. Evaluasi Program Pembelajaran. Evaluasi yang meliputi terhadap tujuan pembelajaran, isi agenda pembelajaran, taktik mencar ilmu mengajar, aspek-aspek agenda pembelajaran yang lain.
b. Evaluasi Proses Pembelajaran. Evaluasi yang meliputi kesesuaian antara proses pembelajaran dengan garis-garis besar agenda pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
c. Evaluasi Hasil Pembelajaran. Evaluasi hasil mencar ilmu meliputi tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik.
4. Jenis Evaluasi Berdasarkan Objek
a. Evaluasi Input. Evaluasi terhadap siswa meliputi kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan.
b. Evaluasi Transformasi. Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses pembelajaran antara lain materi, media, metode dan lain-lain.
c. Evaluasi output. Evaluasi dari segi output ialah tingkat pencapaian atau prestasi mencar ilmu yang berhasil diraih penerima didik sesudah mereka terlibat dalam proses pendidikan selama jangka waktu yang telah ditentukan.
d. Evaluasi Terhadap Lulusan Yang Mengacu Pada Ketercapaian Hasil Pembelajaran Berdasarkan Subjek
e. Evaluasi internal. Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator, contohnya guru.
f. Evaluasi eksternal. Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator, contohnya orangtua, masyarakat.
2.4 MODEL EVALUASI
f. Model Measurement
Model ini dipandang sebagai model tertua di dalam sejarah penilaian dan telah banyak dikenal di dalam proses penilaian pendidikan. Tokoh-tokoh penilaian yang dipandang sebagai pengembang model ini ialah R. Thorndike dan R.L. Ebel.
1. Hakekat Evaluasi
Sesuai dengan namanya, model ini sangat menitikberatkan peranan acara pengukuran di dalam melaksanakan proses evaluasi. Pengukuran dipandang sebagai suatu acara yang ilmiah dan sanggup diterapkan dalam banyak sekali bidang perkara termasuk ke dalamnya bidang pendidikan.
Pengukuran berdasarkan model ini tidak sanggup dilepaskan dari pengertian kuantitas atau jumlah, sehingga hasil pengukuran itu selalu dinyatakan dalam bentuk bilangan.
Dalam bidang pendidikan, model ini telah diterapkan dalam proses penilaian untuk melihat dan mengungkapkan perbedaan-perbedaan individual maupun perbedaan-perbedaan kelompok dalam hal kemampuan serta minat dan sikap. Hasil pengukuran mengenai aspek-aspek tingkah laris di atas dipakai untuk keperluan seleksi siswa, bimbingan, dan perencanaan pendidikan bagi para siswa itu sendiri.
Dari uraian di atas sanggup disimpulkan, bahwa berdasarkan model ini, penilaian pendidikan intinya tidak lain ialah pengukuran terhadap banyak sekali aspek tingkah laris dengan tujuan untuk melihat perbedaan-perbedaan individual atau kelompok, yang hasilnya dibutuhkan dalam rangka seleksi, bimbingan, dan perencanaan pendidikan bagi para siswa di sekolah.
2. Ruang Lingkup Evaluasi
Yang djadikan objek dari acara penilaian model ini ialah tingkah laku, terutama tingkah laris siswa. Aspek tingkah laris siswa yang dinilai di sini meliputi kemampuan hasil belajar, kemampuan pembawaan, minat, sikap, dan juga aspek-aspek kepribadian siswa. Dengan kata lain, objek penilaian di sini meliputi baik aspek kognitif maupun dengan acara penilaian pendidikan di sekolah, model ini menitikberatkan pada pengukuran terhadap hasil mencar ilmu yang dicapai siswa pada masing-masing bidang pelajaran dengan memakai tes. Hasil mencar ilmu yang dijadikan objek penilaian di sini ialah hasil mencar ilmu dalam bidang pengetahuan yang evaluasinya sanggup dilakukan secara kuantitatif-objektif dengan memakai mekanisme yang sanggup distandarisasikan.
3. Pendekatan
Bentuk tes yang biasanya dipakai dalam model ini ialah bentuk tes objekif yang soal-soalnya berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar salah dan sebagainya.
Untuk mendapat hasil pengukuran yang setepat mungkin ada kecenderungan dari model measurement ini untuk berbagi ala-alat penilaian yang baku. Tes yang belum dibakukan dipandang kurang sanggup mencapai tujuan dari pengukuran itu sendiri. Mengingat salah satu tujuan pengukuran ialah mengungkapkan perbedaan individual di kalangan para siswa, maka dalam menganalisis soal-soal tes sangat diperhatikan faktor tingkat kesukaran dan daya pembeda yang dimiliki masing-masing soal.
Untuk mengungkapkan hasil-hasil yang telah dicapai kelompok ataupun masing-masing individu di dalam penilaian mengenai suatu bidang pelajaran tertentu, dikembangkan suatu norma kelompok berdasarkan angka-angka kasatmata yang diperoleh siswa di dalam tes yang telah dilaksanakan. Norma yang dipakai di sini ialah norma relatif.
Pendekatan yang juga ditempuh oleh model ini di dalam menilai sistem pendidikan ialah membandingkan hasil mencar ilmu antara dua atau lebih kelompok yang memakai cara pengajaran yang berbeda sebagai variabel bebas.
g. Congruence Model
Model kedua ini sanggup dipandang sebagai reaksi terhadap model yang pertama. Tokoh-tokoh penilaian yang merupakan pengembang model ini antara lain ialah Raph W. Tyler, John B. Carroll, dan Lee J. Cronbach.
1. Hakikat Evaluasi
Menurut model ini, penilaian itu tidak lain ialah perjuangan untuk menyidik persesuaian (congruence) antara tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan dan hasil mencar ilmu yang telah dicapai. Berhubung tujuan-tujuan pendidikan menyangkut perubahan-perubahan tingkah laris yang diinginkan pada diri anak didik, maka penilaian yang dinginkan itu telah terjadi. Hasil penilaian yang diperoleh mempunyai kegunaan bagi kepentingan menyempurnakan sistem bimbingan siswa dan untuk memperlihatkan info kepada pihak-pihak di luar pendidikan mengenai hasil-hasil yang telah dicapai.
2. Ruang Lingkup
Objek penilaian dalam model ini ialah tingkah laris siswa. Secara lebih khusus, yang dinilai di sini ialah perubahan tingkah laris yang diinginkan yang diperhatikan oleh siswa pada simpulan acara pendidikan.
Tingkah laris hasil mencar ilmu ini tidak hanya terbatas pada aspek pengetahuan, melainkan juga meliputi aspek keterampilan dan sikap, sebagai hasil dari proses pendidikan.
3. Pendekatan
Dalam menilai hasil mencar ilmu yang meliputi banyak sekali jenis sebagaimana yang tercantum dalam rumusan, tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dan perlu dicapai, model ini menganut pendirian bahwa banyak sekali kemungkinan alat penilaian perlu digunakan.
Ada dua hal penting yang perlu dikemukakan mengenai pendekatan penilaian yang dianut oleh model ini:
a) Model ini menyarankan digunakannya mekanisme pre dan post test untuk menilai hasil yang dicapai siswa sebagai jawaban dari acara pendidikan yang telah diikutinya.
b) Model ini tidak menyarankan dilaksanakannya apa yang disebut penilaian perbandingan untuk melihat sejauh mana kurikulum yang gres lebih efektif dari kurikulum yang ada.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh di dalam proses penilaian berdasarkan model ini, Tyler mengajukan 4 langkah pokok yaitu:
a) Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran.
b) Menetapkan “test situation” yang diperlukan.
c) Menyusun alat evaluasi.
d) Menggunakan hasil evaluasi.
Berhubung setiap sistem pendidikan mempunyai banyak sekali tujuan yang ingin dicapainya, akan lebih tepat kalau hasil penilaian tidak dinyatakan dalam bentuk hasil keseluruhan tes tapi dalam bentuk hasil potongan dari tes yang bersangkutan, sehingga terlihat bagian-bagian mana dari sistem pendidikan yang masih perlu disempurnakan.
h. Educational System Evaluation Model
Model ketiga yang ini merupakan reaksi terhadap kedua model terdahulu. Tokoh-tokoh penilaian yang dipandang sebagai pengembang dari model yang ketiga ini antara lain ialah Daniel L. Stufflebeam, Michael Scriven, Robert E. Stake dan Malcolm M. Provus.
1. Hakikat Evaluasi
Model ini bertitik tolak dari pandangan, bahwa keberhasilan dari suatu sistem pendidikan dipengaruhi oleh banyak sekali faktor. Evaluasi berdasarkan model ini dimaksudkan untuk membandingkan performance dari banyak sekali dimensi sistem yang sedang dikembangkan dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk kesudahannya hingga pada suatu deskripsi dan judgement mengenai sistem yang dinilai tersebut.
Ada empat hal yang perlu dikemukakan mengenai pandangan model yang ketiga ini perihal evaluasi:
a. Evaluasi itu ditujukan kepada banyak sekali dimensi dari sistem yang sedang dikembangkan, tidak hanya dimensi hasilnya saja.
b. Proses penilaian itu meliputi perbandingan antara performance dan kriteria, baik kriteria yang sifatnya mutlak maupun relatif.
c. Evaluasi tidak hanya berakhir dengan suatu deskripsi mengenai keadaan sistem yang bersangkutan tetapi juga menuntut adanya jugdement sebagai kesimpulan dari hasil evaluasi.
d. Hasil penilaian dipakai sebagai materi atau input bagi pengambilan keputusan dalam rangka penyempurnaan sistem maupun penyimpulan mengenai kebaikan sistem yang bersangkutan secara keseluruhan.
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penilaian yang diajukan oleh model ketiga ini ialah bahwa:
a. Objek penilaian dalam rangka pengembangan kurikulum atau sistem pendidikan meliputi sekurang-kurangnya 3 dimensi, yaitu dimensi peralatan/sarana, proses dan hasil yang dicapai.
b. Jenis-jenis data dibutuhkan dalam proses penilaian meliputi data objektif maupun data subjektif.
3. Pendekatan
Ada dua pendekatan utama yang diajukan oleh model ini dalam pelaksanaan penilaian yaitu:
a. Perbandingan performance berdasarkan kriteria intern.
Pendekatan yang pertama ini ditempuh pada ketika sistem masih berada pada fase pengembangan dan masih mengalami perbaikan-perbaikan. Untuk setiap dimensi sistem (input, proses, hasil) dilakukan penilaian berdasarkan kriteria yang ada:
(1) Rencana dinilai berdasarkan kriteria planning yang baik.
(2) Proses (pelaksanaan) dievaluasi dari kesesuaiannya dengan planning yang ada. Rencana acara di sini berlaku sebagai kriteria.
(3) Hasil yang dicapai dinilai dari kesesuaiannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan di sini berlaku sebagai kriteria.
b. Perbandingan performance berdasarkan kriteria ekstern.
Pendekatan yang kedua ini ditempuh pada ketika sistem sudah berada dalam keadaan “siap” sesudah mengalami perbaikan-perbaikan selama fase pengembangan. Kalau dalam pendekatan yang pertama salah satu pertanyaan yang diajukan ialah “sejauh mana sistem yang dikembangkan itu telah mencapai tujuannya”, dalam pendekatan yang kedua ini pertanyaan menjadi “apakah sistem yang gres ini lebih baik dari sistem yang ada sekarang”.
Untuk melaksanakan kedua pendekatan di atas dibutuhkan banyak sekali cara penilaian di samping tes hasil belajar, yaitu observasi, angket, wawancara, dan juga content analysis, mengingat data yang dikumpulkan di sini meliputi baik data objekif maupun data subjektif.
d. Illuminative Model
Model yang keempat ini dikembangkan sebagai reaksi terhadap dua model penilaian yang pertama, yaitu measurement dan congruence. Model ini dikembangkan terutama di Inggris dan banyak dikaitkan dengan pendekatan dalam bidang antropologi. Salah seorang tokoh yang paling menonjol dalam usahanya berbagi model ini ialah Malcolm Parlett.
1. Hakikat Evaluasi
Tujuan penilaian berdasarkan model yang keempat ini ialah mengadakan studi yang cermat terhadap sistem yang bersangkutan. Hasil penilaian yang dilaporkan lebih bersifat deskripsi dan interpretasi, bukan pengukuran dan prediksi. Oleh lantaran itu dalam pelaksanaan evaluasi, model yang keempat ini lebih banyak menekankan pada penggunaan Judgement.
Model ini juga memandang fungsi penilaian sebagai materi atau input untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam rangka penyesuaian-penyesuaian dan penyempurnaan sistem yang sedang dikembangkan.
2. Ruang Lingkup
Objek penilaian yang diajukan oleh model ini mencakup:
a. Latar belakang dan perkembangan yang dialami oleh sistem yang bersangkutan.
b. Proses pelaksanaan sistem itu sendiri.
c. Hasil mencar ilmu yang diperlihatkan oleh para siswa.
d. Kesukaran-kesukaran yang dialami dari perencanaan hingga dengan pelaksanaannya di lapangan.
e. Efek samping dari sistem yang bersangkutan.
3. Pendekatan
Model penilaian ini mengajukan pendekatan yang merupakan alternatif bagi apa yang disebut sebagai agricultural-botany paradigm, yang selain dipakai dalam ilmu pengetahuan alam juga dipakai dalam eksperimen dalam bidang psikologi.
Cara-cara yang dipakai dalam pendekatan ini tidak bersifat standar melainkan lebih bersifat fleksibel dan selektif, lantaran situasi yang akan dinilai bersifat terbuka dan mengandung segala macam kemungkinan.
Ada tiga fase acara penilaian yang diajukan yang secara berturut-turut sebagai berikut:
a. Observe, Dalam tahap ini penilai mengunjungi sekolah daerah suatu sistem sedang dikembangkan.
b. Inquiry further, Dalam tahap kedua ini, banyak sekali perkara yang terlihat atau terdengar dalam tahap pertama kini diseleksi untuk mendapat perhatian dan penelitian lebih lanjut.
c. Seek to explain, Dalam tahap ketiga, penilai mulai meneliti sebab-akibat dari masing-masing persoalan. Di sini mulai digali faktor-faktor yang mengakibatkan timbulnya persoalan-persoalan tadi.
Pendekatan yang digambarkan di atas, dalam model ini disebut sebagai progressive focussing yang acara penilaiannya dilakukan secara sedikit demi sedikit dengan fokus yang makin usang makin terarah hingga kepada interpretasi.
Dalam pengumpulan banyak sekali data yang dibutuhkan dipakai banyak sekali cara, yaitu observasi, wawancara, angket, dan analisis bahan-bahan dokumentasi.
BAB III
KESIMPULAN
Model-model penilaian antara lain: Measurement Model, Congruence Model, Educational System Evaluation Model, dan Illuminative Model.
Menurut Measurement model, penilaian pendidikan intinya tidak lain ialah pengukuran terhadap banyak sekali aspek tingkah laris dengan tujuan untuk melihat perbedaan-perbedaan individual atau kelompok.
Menurut Congruence Model, penilaian itu tidak lain ialah perjuangan untuk menyidik persesuaian (congruence) antara tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan dan hasil mencar ilmu yang telah dicapai.
Evaluasi berdasarkan Educational System Evaluation Model, dimaksudkan untuk membandingkan performance dari banyak sekali dimensi sistem yang sedang dikembangkan dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk kesudahannya hingga pada suatu deskripsi dan judgement mengenai sistem yang dinilai tersebut.
Illuminative Model, juga memandang fungsi penilaian sebagai materi atau input untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam rangka penyesuaian-penyesuaian dan penyempurnaan sistem yang sedang dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurkancana, Wayan.1986. “Evaluasi Pendidikan” Usaha Nasional : Surabaya
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB XVI Evaluasi, Akreditasi, dan sertifikasi Bagian kedua pasal 60