Pengertian Komunikasi Organisasi Definisi Berdasarkan Para Ahli
5 September 2018
Pengertian Komunikasi Organisasi Definisi Menurut Para Ahli, Makalah, Jurnal, Arus, Jaringan - Komunikasi Organisasi - Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa komunikasi memperlihatkan relasi dengan pelaksanaan organisasi secara keseluruhan. Penelitian Fred T. Allen mengungkapkan bahwa karyawan yang mempunyai informasi yang lebih baik akan menjadi karyawan yang baik pula.
Definisi Komunikasi Organisasi Menurut Para Ahli - Organisasi merupakan suatu kesatuan atau perkumpulan yang terdiri atas orang-orang/bagian-bagian yang di dalamnya terdapat acara kolaborasi berdasakan pola dan aturan-aturan untuk mencapai tujuan bersama.
Bila organisasi dikaitkan atau diterapkan terhadap kelompok manusia, maka sanggup disimpulkan bahwa
Bila organisasi dikaitkan atau diterapkan terhadap kelompok manusia, maka sanggup disimpulkan bahwa
- Kelompok secara keseluruhan, mempunyai tujuan primer,
- Anggota kelompok bekerja sebagai suatu unit untuk mencapai sasaran primer mereka,
- Setiap individu mempunyai fungsi yang didesain yang memberikan kontribusi melalui pencapaian tujuan atau sasaran,
- Pekerjaan setiap orang akan mustahil atau tidak terlepas dari usaha-usaha orang lain,
- Setiap anggota bekerjasama dengan anggota-anggota lain dari kelompok ini dengan cara khusus (Gerald, 19).
Komunikasi penting bagi organisasi dan informasi penting bagi komunikasi yang efektif. Seseorang yang mengendalikan informasi akan mengendalikan kekuatan organisasi. Struktur organisasi ditentukan oleh keefektifan komunikasi. Ketika organisasi diharuskan mencapai tujuan, maka anggota-anggota yang berada dalam strukturnya akan bekerja sesuai dengan jabatan dan fungsinya untuk mencapai tujuan dimaksud. Setiap struktur saling melengkapi dan mensugesti antara satu dengan lainnya. Konsekuensinya, angggota-anggota di dalamnya akan saling bekerjasama melalui metode-metode pencapaian tujuan. Dengan demikian, anggota-anggota organisasi tersusun ke dalam sistem yang saling bekerjasama yang bisa menginterpretasikan pesan, baik yang tiba dari anggota kelompok/organisai itu sendiri maupun yang tiba dari luar, atau bisa mengkomunikasikan sesuatu kepada siapa dan dengan cara apa.
Komunikasi dalam organisasi sanggup terjadi dalam bentuk kata-kata yang ditulis atau diucapkan, gesture, atau simbol visual, yang menghasilkan perubahan tingkah laris di dalam organisasi, baik antara manajer-manajer, karyawan-karyawan, dan asosiasi yang terlibat dalam pemberian ataupun mentransfer komunikasi. Hasil kesudahannya yaitu pertukaran informasi dan pengiriman makna atau proses acara komunikasi dalam organisasi.
Secara spesifik acara komunikasi organisasi ada tiga, yaitu:
- Operasional-Internal, yakni menstruktur komunikasi yang dijalankan dalam sebuah organisasi dalam rangka mencapai tujuan-tujuan kerja.
- Operasional-Eksternal, yakni struktur komunikasi dalam organisasi yang berkonsentrasi pada pencapaian tujuan-tujuan kerja yang dilaksanakan oleh orang dan kelompok di luar organisasi.
- Personal, yakni semua perubahan insidental dan informasi dan perasaan yang dirasakan oleh insan yang berlangsung kapan saja mereka bersama (Lewis, dalam Rahman, 2000:3).
Jaringan dan Arus Komunikasi Organisasi
a. Jaringan Komunikasi Organisasi
Jaringan merupakan sebuah sistem dari garis komunikasi yang bekerjasama dengan pengirim dan akseptor di dalam sebuah fungsi sosial organisasi, yang mensugesti prilaku individu yang bekerja di dalamnya dan posisi individu yang bekerja dalam jaringan terebut serta memainkan peranan kunci dalam memilih perilaku, dan sikap orang yang mereka pengaruhi.
Lewis membagi 4 (empat) fungsi jaringan komunikasi, yaitu :
Jaringan merupakan sebuah sistem dari garis komunikasi yang bekerjasama dengan pengirim dan akseptor di dalam sebuah fungsi sosial organisasi, yang mensugesti prilaku individu yang bekerja di dalamnya dan posisi individu yang bekerja dalam jaringan terebut serta memainkan peranan kunci dalam memilih perilaku, dan sikap orang yang mereka pengaruhi.
Lewis membagi 4 (empat) fungsi jaringan komunikasi, yaitu :
- Keteraturan jaringan,
- Temuan-temuan/inovatif jaringan,
- Keutuhan integratif/pemeliharaan jaringan, dan
- Jaringan informatif-instruktif. Tiap jaringan tersebut bekerjasama antara satu atau lebih tujuan pengorganisasian (misalnya, kecocokan, penyesuaian, moral, dan institusionalisasi).
Keempat fungsi jaringan komunikasi tersebut dijelaskan sebagi berikut:
- Jaringan komunikasi yang teratur bekerjasama dengan tujuan organisasi mengenai jaminan kesesuaian untuk perencanaan, jaminan produktivitas, termasuk kontrol-kontrol, pesanan-pesanan, bentuk-bentuk perintah dan feed beck (umpan balik) sub ordinat dengan superior (yang lebih tinggi dalam kiprah aktivitas. Contoh: pernyataan kebijakan dan aturan-aturan.
- Jaringan komunikasi inovatif berusaha keras untuk memastikan pembiasaan organisasi terhadap imbas internal dan eksternal (teknologi, sosiologi, pendidikan, ekonomi, politik) dan santunan terhadap kelanjutan produktivitas dan keefektifan, termasuk pemecahan masalah, pembiasaan untuk perubahan strategis, dan proses implementasi wangsit baru. Contoh: sistem sugesti dan pertemuan partisipasi pemecahan masalah.
- Jaringan komunikasi integratif/pemeliharaan termasuk perasaan terhadap diri sendiri, adonan (solidaritas) dan kerja yang secara pribadi bekerjasama dengan tujuan organisasi, utamanya problem moral karyawan. Secara tidak pribadi dihubungkan dengan institusionalisasi yang melibatkan organisasi diri dan mengambil jarak terhadap desas-desus, informal (tidak resmi), contohnya selentingan, kebanggaan yang berlebihan, dan promosi.
- Jaringan komunikasi informatif-instruktif bertujuan untuk menjamin tujuan yang lebih cocok, sesuai, bermoral, dan institusional. Dengan demikian akan meningkatkan produktivitas dan keefektifan. Hal ini mencakup pemberian dan perolehan informasi tidak diasosiasikan dengan jaringan komunikasi lain. Instruksi ini mensubordinasi persyaratan pekerjaan lebih awal, sebagai contoh:catatan buletin, publikasi perusahaan dan kegiatan pelatihan.
Memandang kondisi komunikasi organisasi sebagai jaringan informasi mengimplikasikan hakikat dan dinamika prilaku. Selain itu dengan adanya sistem komunikasi sebagai kelompok sub sistem, maka akan memudahkan kita untuk mengetahui ihwal keempat sub sistem yang utama tersebut.
b. Arus Komunikasi Organisasi
Pola komunikasi dan acara organisasi sangat tergantung pada tujuan, gaya manajemen, dan iklim organisasi yang bersangkutan, artinya bahwa komunikasi itu tergantung pada kekuatan-kekuatan yang bekerja dalam organisasi tersebut, yang ditunjukkan oleh mereka yang melaksanakan pengiriman dan penerimaan pesan.
Berdasarkan fungsionalnya maka arus komunikasi yang terjadi dalam organisasi formal terdiri dari arus vertikal (dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas) dan arus horisontal (lateral atau silang).
b. Arus Komunikasi Organisasi
Pola komunikasi dan acara organisasi sangat tergantung pada tujuan, gaya manajemen, dan iklim organisasi yang bersangkutan, artinya bahwa komunikasi itu tergantung pada kekuatan-kekuatan yang bekerja dalam organisasi tersebut, yang ditunjukkan oleh mereka yang melaksanakan pengiriman dan penerimaan pesan.
Berdasarkan fungsionalnya maka arus komunikasi yang terjadi dalam organisasi formal terdiri dari arus vertikal (dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas) dan arus horisontal (lateral atau silang).
1. Arus Komunikasi Vertikal (Vertical Communication Flow)
a. Dari atas ke bawah (Downward Communication)
Komunikasi ini merupakan kanal yang paling sering dipakai dalam oganisasi. Arus komunikasi ini yaitu pengiriman pesan dari pimpinan (supervisi) ke bawahan (subordinate). Arus ini dipakai untuk mengirim perintah, petunjuk, tujuan, kebijakan, memorandum untuk pekerja pada tingkat yang lebih rendah dalam organisasi. Masalah yang paling fundamental yaitu bahwa komunikasi dari atas ke bawah hanya mempunyai satu arah saluran, yakni tidak menyediakan feedback (umpan balik) dari pekerja dalam organisasi itu. Asumsinya yaitu bahwa jikalau pekerja mengetahui apa yang diketahui oleh manajer, maka mereka akan memaksakan diri untuk menuntaskan problem organisasi/perusahaan. Artinya, informasi mengarah pada pemahaman dan pemahaman menghasilkan tindakan-tindakan serta penyelesaian yang diinginkan.
Menurut Katz dan Kahn (dalam Rahman, 2000) ada 5 jenis tipe khusus komunikasi downward, yaitu:
Komunikasi ini merupakan kanal yang paling sering dipakai dalam oganisasi. Arus komunikasi ini yaitu pengiriman pesan dari pimpinan (supervisi) ke bawahan (subordinate). Arus ini dipakai untuk mengirim perintah, petunjuk, tujuan, kebijakan, memorandum untuk pekerja pada tingkat yang lebih rendah dalam organisasi. Masalah yang paling fundamental yaitu bahwa komunikasi dari atas ke bawah hanya mempunyai satu arah saluran, yakni tidak menyediakan feedback (umpan balik) dari pekerja dalam organisasi itu. Asumsinya yaitu bahwa jikalau pekerja mengetahui apa yang diketahui oleh manajer, maka mereka akan memaksakan diri untuk menuntaskan problem organisasi/perusahaan. Artinya, informasi mengarah pada pemahaman dan pemahaman menghasilkan tindakan-tindakan serta penyelesaian yang diinginkan.
Menurut Katz dan Kahn (dalam Rahman, 2000) ada 5 jenis tipe khusus komunikasi downward, yaitu:
- Job Instruction (Instruksi Kerja), yakni komunikai yang merujuk pada penyelesaian tugas-tugas khusus.
- Job Rationale (Rasio Kerja), yakni komunikasi yang menghasilkan pemahaman terhadap kiprah dan relasi dengan pengaturan lainnya.
- Procedure and Practice (Prosedur dan Pelaksanaan), yakni komunikasi ihwal kebijakan-kebijakan, aturan-aturan, regulasi dan manfaat-manfaat yang ada.
- Feedback (Umpan Balik), yakni komunikasi yang menghargai ihwal bagaimana individu melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.
- Indoctrinations of goals, yakni komunikasi yang dirancang dengan aksara idiologi yang memperlihatkan motivasi karyawan ihwal pentingnya suatu missi organisasi secara keseluruhan.
Dua hal yang sanggup terjadi menurut tipe di atas yaitu keterbatasan dan ketidakjelasan. Beberapa alasan yang mengakibatkan komunikasi dari atas ke bawah tidak berjalan efektif adalah
- Terdapat ketidakjelasan dalam mendefinisikan tanggung jawab tentang komkunikasi dari atas ke bawah,
- Kurangnya pemahaman administrasi terhadap bawahannya,
- Manajemen tidak mempunyai waktu untuk mengetahui apakah teknik komunikasi yang mereka sajikan efektif atau tidak,
- Manajer tidak mengadakan pertemuan tatap muka antar supervisi dan non supervisi untuk membicarakan kondisi perjuangan dan pekerjaan,
- Kurangnya acara pembinaan komunikasi dalam rangka mengajarkan kepada administrasi personalia ihwal seni dalam memahami hukum permainan yang ada dan sasaran pekerja serta perbedaan sistem nilai yang ada.
Konsekuensi untuk menghindari terjadinya komunikasi yang tidak efektif maka manajer harus lebih banyak mengadakan pertemuan dengan para pekerjanya. Jika hal tersebut tidak dilakukan maka hasil yang muncul sanggup digambarkan sebagai berikut:
- Atasan gagal dalam menjelaskan tugas-tugas para bawahan atau gagal dalam memperlihatkan citra yang akurat ihwal posisi mereka dalam organisasi.
- Bawahan juga gagal memahami klarifikasi yang diberikan, dan mungkin mereka berada pada posisi tidak bisa atau dihentikan mempertanyakan hal tersebut.
- Manajer dan bawahan mungkin saja mempunyai konflik ihwal nilai.
Metode dasar komunikasi downward mempunyai tiga elemen penting yang harus dipertimbangkan oleh manajer, yakni:
1. Menspesifikasikan sasaran untuk mengkomunikasikannya.
2. Memastikan bahwa isi dari komunikasi mempunyai kualitas berikut:
2. Memastikan bahwa isi dari komunikasi mempunyai kualitas berikut:
- Akurasi
- Spesifikasi
- Kekuatan
- Orientasi dan penerima
- Simplisitas
- Tidak ada makna yang disembunyikan
3. Menerapkan teknis komunikasi yang paling baik dalam rangka menerima pesan secara efektif antar para penerima.
Kunci utama dari komunikasi downward yaitu bahwa pekerja harus bereaksi secara lebih efejktif terhadap masalah-masalah yang mereka anggap sebagai kepentingan paling personal terhadap atasannya.
Namun yang terpenting di sini yaitu jikalau manajer dan pekerja ingin mencapai tujuan dari peran-perannya secara terperinci dan memperoleh informasi yang akurat, maka setiap kelompok membutuhkan pemahaman ihwal arus komunikasi.
2. Komunikasi dari bawah ke atas (Upward Communication)
Komunikasi ini yaitu komunikasi yang berasal dari bawahan (subordinate) kepada atasan (supervisi) dalam rangka menyediakan feedback (umpan balik) bagi manajemen. Para pekerja memakai kanal komunikasi ini sebagai kesempatan untuk mengungkapkan ide-ide atau gagasan yang mereka ketahui. Asumsi dasar dari komunikasi upward ini yaitu bahwa pekerja harus diperlakukan sebagai partner dalam mencari jalan terbaik untuk mencapai tujuan. Komunikasi dari bawah ke atas akan menarik ide-ide dan membantu pekerja untuk mendapatkan balasan yang lebih baik ihwal problem dan tanggung jawabnya serta membantu akomodasi arus dan penerimaan komunikasi dari bawahan ke atasan (manajer), yakni dalam hal ini indera pendengaran yang baik menghasilkan pendengar yang baik.
Komunikasi upward mempunyai lima tipe khusus, yaitu:
Komunikasi upward mempunyai lima tipe khusus, yaitu:
- Informasi ihwal sikap pekerja, moral dan efisiensi yang bekerjasama dengan kebijakan, perencanaan, dan maslah-masalah.
- Pengembangan yang signifikan dalam unit-unit kerja departemen.
- Kesalahan yang menurunkan efisiensi.
- Masalah tidak diketahui cara penyelesaiannya oleh pekerja.
Beberapa alasan yang mengakibatkan komunikasi upward tidak berjalan efektif adalah:
- Banyak pekerja yang takut menganggap bahwa mengekspresikan hal-hal yang sebetulnya ihwal perusahaan sangat berbahaya,
- Pekeja percaya bahwa jikalau mereka bertentangan dengan pimpinan, maka hal itu akan menghalangi promosi. Kritik dan lisan sejenisnya dipandang sebagai tindakan yang salah lantaran itu sanggup membuat bawahan kelihatan buruk di mata atasan,
- Pekerja yakin bahwa mereka tidak tertarik dengan problem mereka. Manajemen merupakan pengendali, berjalan menurut pikirannya sendiri terlepas dari jangkauan dan fatwa para karyawan,
- Pekerja merasa bahwa idenya tidak dihargai,
- Pekerja yakin bahwa terdapat kekurangan dalam hal kemampuan dan tanggung jawab, dan
- Para pekerja percaya bahwa manajer tidak pribadi menuntaskan masalah.
Disamping itu kegagalan dalam komunikasi ini jikalau manajer mendapatkan informasi yang salah dari bawahan, yang disebabkan antara lain:
- Pekerja tidak mau supervisi mempelajari segala sesuatu secara faktual dan potensial mendiskreditkan pekerja,
- Pekerja biasa menekankan atau menonjolkan sumbangannya terhadap perusahaan kepada atasan atau persaingannya dengan orang yang di kepingan lain dalam organisasi,
- Kegelisahan pekerja secara pribadi, permusuhan, aspirasi dan sistem kepercayaan hampir selalu membentuk dan mewarnai interpretasi penerimaan mereka terhadap apa yang telah mereka pelajari dan terima untuk disebarkan, dan
- Pekerja saling bersaing untuk posisi manajer dan membiarkan para manajer untuk melaksanakan wewenangnya secara profesional dalam organisasi.
Tiga faktor yang secara konsisten bekerjasama dengan komunikasi upward adalah:
- Bawahan mempercayai atasan,
- Persepsi bawahan bahwa atasan sangat mempengaruhi masa depan mereka kelak, dan
- Bawahan memobilisasi aspirasi.
Semua bawahan akan cenderung untuk mendistorsi komunikasi dari bawah ke atas melalui struktur kewenangan, yang akan membuat partisipasi yang lebih besar, kurang sekretif, dan bawahan merasa kurang tergantung pada atasan.
Terdapat beberapa faktor yang sanggup mengakibatkan munculnya iklim yang aman terhadap distorsi, diantaranya:
a. Struktur kewenangan dari organisasi.
Wewenang yang arbitrer dan lebih fleksibel cenderung akan meningkatkan distorsi komunikasi dari bawah ke atas, nilai dan aturan-aturan yang bertentangan, sekresi, dan ketertutupan supervisi merupakan kondisi yang cenderung membuat perasaan gelisah dan tidak aman antar para bawahan.
b. Kondisi persaingan yang berpengaruh antar para bawahan.
Persaingan dalam bentuk kalah-menang atau saling bertentangan sanggup meningkatkan kegelisahan, ketidaknyamanan yang kemudian melahirkan distorsi.
c. Distorsi komunikasi dari bawah ke atas.
Penanganan, pemunculan atau bentuk-bentuk lain dari distorsi informasi yang dilakukan oleh pekerja menimbulkan imbas yang berbeda pada bawahan.
d. Kondisi umum dari sinisme dan ketidakpercayaan dalam organisasi.
Iklim menyerupai ini sanggup melahirkan perasaan tidak aman yang selanjutnya menjadi distorsi.
Konsekuensi untuk menghindari terjadinya distorsi komunikasi maka manajer harus bisa mendorong terjadinya sebuah arus informasi yang bebas dari bawah ke atas dan menyelesaika beberapa hal, contohnya meningkatkan citra kerja, masalah-masalah, perencanaan, sikap, dan perasaan dari pekerja. Di samping itu yang harus dilakukan manajer, diantaranya adalah:
Wewenang yang arbitrer dan lebih fleksibel cenderung akan meningkatkan distorsi komunikasi dari bawah ke atas, nilai dan aturan-aturan yang bertentangan, sekresi, dan ketertutupan supervisi merupakan kondisi yang cenderung membuat perasaan gelisah dan tidak aman antar para bawahan.
b. Kondisi persaingan yang berpengaruh antar para bawahan.
Persaingan dalam bentuk kalah-menang atau saling bertentangan sanggup meningkatkan kegelisahan, ketidaknyamanan yang kemudian melahirkan distorsi.
c. Distorsi komunikasi dari bawah ke atas.
Penanganan, pemunculan atau bentuk-bentuk lain dari distorsi informasi yang dilakukan oleh pekerja menimbulkan imbas yang berbeda pada bawahan.
d. Kondisi umum dari sinisme dan ketidakpercayaan dalam organisasi.
Iklim menyerupai ini sanggup melahirkan perasaan tidak aman yang selanjutnya menjadi distorsi.
Konsekuensi untuk menghindari terjadinya distorsi komunikasi maka manajer harus bisa mendorong terjadinya sebuah arus informasi yang bebas dari bawah ke atas dan menyelesaika beberapa hal, contohnya meningkatkan citra kerja, masalah-masalah, perencanaan, sikap, dan perasaan dari pekerja. Di samping itu yang harus dilakukan manajer, diantaranya adalah:
- Mempersiapkan diri dalam segala hal untuk mendengar kabar baik maupun kabar buruk,
- Keluar dari kantor dan menyidik bagaimana segala sesuatu berjalan dan
- Mengembangkan seni indera pendengaran terhadap orang yang tepat.
Manajer yang mengisolasikan diri dari distorsi komunikasi akan cenderung mendapatkan masalah.
2. Arus Komunikasi Horisontal
Komunikasi ini merupakan arus pengiriman dan penerimaan pesan yang terjadi antar pimpinan/supervisi maupun antar bawahan/pekerja. Hasil dari beberapa studi mengungkapkan bahwa sekitar 2/3 dari organisai yang ada memakai arus komunikasi ini. Komunikasi horisontal dikenal sebagai komunikasi lateral atau silang dan merupakan arus dan pemahaman yang paling berpengaruh dalam komunikasi. Komunikasi ini berfokus pada koordinasi tugas, penyelesaian masalah, pembagian informasi, dan resolusi konflik. Banyak pesan akan mengalir pada semua lini/garis tanpa melalui penyaringan.
Komunikasi horisontal sangat penting bagi pekerja pada tingkat bawah untuk selalu berkomunikasi antara supervisi/atasan maupun antara bawahan.
Daftar Pustaka - Pengertian Komunikasi Organisasi, Definisi Menurut Para Ahli, Makalah, Jurnal, Arus, Jaringan
Lewis, Philip. Tanpa tahun. Teori Organisasi dan Komunikasi. Terjemahan oleh Gazali Rahman. 2000. Universitas Hasanuddin, Makassar.