Kriteria Riset Ilmiah Pada Riset Pemasaran
11 Juli 2018
Riset ilmiah adalah penelitian yang memiliki fenomena masalah penelitian yang dijawab melalui metode tertentu untuk mencari jawabannya. Riset ilmiah dikaji berdasarkan metode yang disebut dengan langkah-langkah, berikut langkah-langkah dari riset ilmiah.
1. Menemukan & Mendefinisikan Masalah
Penelitian diupayakan dalam mencari atau menemukan masalah yang akan dikaji sehingga memerlukan penelitian eksploratif artinya mengungkapkan masalah secara jelas dan tegas selanjutnya mendefinisikan masalah (memberikan batasan dengan jelas).
Masalah bisa ditemukan melalui data atau informasi yang bersumber dari objek penelitian. Masalah atau yang biasa disebut fenomena masalah perlu di lihat secara nyata apakah benar-benar masalah, bukan masalah yang dibuat-buat.
2. Merumuskan Kerangka Berfikir Teoritikal
Kerangka berfikir teoritikal adalah pondasi dan road map riset yang akan dilakukan. Kekokohan rumusan menjadi keajekan penelitian. Pada tahap akhir dari kerangka berfikir teoritikal umumnya diakhiri oleh rumusan model atau dalam bentuk paradigma penelitian.
Kerangka berfikir teoritikal harus berdasarkan sumber yang jelas baik dari Buku, Artikel Ilmiah (Jurnal), atau Artikel yang dipublikasikan.
Kerangka berfikir teoritikal diantaranya :
a. Teori
Teori Adalah sekumpulan konsep yang berhubungan secara sistematik, definisi, dan proporsi yang berguna untuk menjelaskan suatu fenomena serta untuk memprediksi. Dengan demikian teori sebagai:- alat dalam mendefinisikan dengan jelas tentang abstraksi terhadap suatu objek yang akan diobservasi.
- alat mengkonseptualisasikan berbagai fenomena yang akan diteliti
- alat pemberi petunjuk meringkas fakta yang diobservasi
- alat untuk memprediksikan kejadian atau kondisi atas suatu fakta
- berperan pengisi celah-celah dalam pengetahuan yang diperlukan
b. Definisi
Definisi Merupakan penjabaran dari suatu konsep yang terkandung didalamnya. Definisi terbagi menjadi definisi konstitutif & definisi operasional.- definisi konstitutif: batasan secara teoritis
- definisi operasional: suatu pernyataan yang secara spesifik memberikan batasan mengenai kriteria pengujian / operasi observasi. Mengacu pada aspek empirik.
Tabel Konsep dan Definisi Operasional
Konsep / Konstruk | Definisi Konstitutif | Definisi Operasional |
---|---|---|
Kepuasan Konsumen | Suatu tingkat yang dicapai setelah membandingkan antara harapan dengan kenyataan kinerja produk yang diperoleh konsumen. | Selisih antara harapan dengan kenyataan di Bandung terhadap pembelian kendaraan jenis limosin merek opel. |
Informasi | Data yang telah diolah dan dapat dijadikan bahan untuk mengambilan keputusan | Hasil pengolahan data mengenai persepsi konsumen terhadap merek opel jenis limosin di Bandung |
c. Konstruk & Proporasi
Gagasan yang secara spesifik menjabarkan suatu keadaan untuk suatu riset tertentu dan atau untuk suatu pembentukkan teori.
Berikut ilustrasinya:
Tabel Konstruk & Operasional
Nama Konstruk / Proporsi | Definisi Operasional |
---|---|
Konstruk: Pengalaman wisatawan dalam berekreasi | Cerminan intensitas pengetahuan serta kesan dan kenangan yang diperoleh wisatawan selama berekreasi disuatu destinasi wisata |
Proporsi: pengetahuan serta kesan dan kenangan adalah faktor-faktor yang merupakan bentuk ekspansi kepuasan wisatawan atas pengalaman berekreasi dan destinasi yang dikunjungi |
d. Variabel
Variabel adalah Suatu simbol yang sederhana atau suatu konsep yang berisikan nilai tertentu. Contoh: persepsi konsumen merupakan variabel, sedangkan konsumen merupakan konsep. Karena konsumen tidak mengandung nilai dan merupakan karakteristik yang utuh sedangkan persepsi konsumen mengandung nilai.e. Model
Model merupakan Suatu tingkat gambaran atau representatif tinggi dari jejaring teori yang biasanya didesain dengan menggunakan simbol yang bermanfaat untuk menyederhanakan kompleksitas permasalahan kedalam bentuk tampilan yang lebih sederhana.
Jenis model berdasarkan teori keputusan terdiri dari: model matematis dan model informasi.
f. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara yang diajukan untuk kejadian diuji secara empirik atau suatu proporsi yang akan diuji secara empirik yang berarti proporsi ini merupakan sumber dari hipotesis.Berikut ilustrasinya:
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan sementara yang diajukan untuk kemudian diuji kebenarannya. Hipotesis Berdasarkan masalahnya dibagi 3:
a. Hipotesis deskriptif proposisi yang berisikan suatu pernyataan tentang eksistensi, ukuran, bentuk, atau distribusi dari suatu variabel mandiri
b. Hipotesis relasional yang meliputi hipotesis korelasi dan hipotesis kausal
c. Hipotesis komparatif (disesuaikan dengan desain penelitian)
4. Mendesain Riset Ilmiah
Mendesain riset merupakan langkah yang sangat menentukan dalam sebuah riset. Penelitian harus memilih desain penelitian yang mencakup :
a. Menentukan jenis studi. Apakah jenis eksploratori, deskriptif, atau kausal
b. Menentukan unit analisis (populasi yang dikaji). Apakah unit analisis individu, kelompok, organisasi, atau alat, benda.
c. Desain sampling. Apakah probabilitas atau non probabilitas, dan berapa ukuran sample yang akan diambil
d. Inferensi riset. Apakah mempelajari objek atau kejadian sebagaimana adanya atau melalui proses manipulasi.
e. Rentang waktu. Apakah hanya satu saat saja (one shot), lintas waktu (cross sectional) atau longitudinal.
f. Menentukan studi. Apakah studi dilakukan dalam sebuah buatan (contrived) misalnya dilaboratorium atau di alam sebagaimana adanya (non contrived)
g. Memilih metode pengumpulan data. Dapat menggunakan observasi, wawancara, kuesioner, atau pengukuran secara fisik misalkan panjang dan lebar suatu benda.
h. Menentukan ukuran variabel meliputi perumusan definisi operasional, menentukan skala, pengkategorian dan pengkodean
i. Memilih alat analisis data untuk uji validitas, uji reliabilitas, dan uji hipotesis
5. Mengumpulkan Data
6. Menganalisis Data & Intepretasi Hasil
Mengumpulkan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Sumber Data primer : sumber yang asli dan dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan penelitian. Contoh data yang diperoleh melalui survey, sensus, data langsung dari pemerintah.
Sumber data sekunder: data yang diperoleh dari studi pihak lain misalkan buku teks, majalah, artikel, dll.
Menganalisis data dan intrepretasi hasil. Tahapan analisis data sebagai berikut:
a. Editing
b. Coding
c. Data entry
d. Data analisis yang dapat dipilih adalah descriptive analysis, univariat analysis, bivariat analysis, multivariate analysis.
Desain riset adalah kerangka dalam melaksanakan proyek riset pemasaran. Desain riset menjabarkan rincian prosedur yang diperlukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam menstrukturisasi dan/atau memecahkan masalah riset pemasaran.
Tugas Pokok Desain Riset
Kerangka melaksanakan desain riset memiliki tugas pokok utama, diantaranya sebagai berikut:
1. Menentukan jenis desain riset pemasaran (eksploratoris, deskriptif, kausal)
2. Menentukan informasi yang dibutuhkan
3. Menetapkan prosedur pengukuran dan skala
4. Menyusun dan melakukan pre-test terhadap kuesioner/pengumpulan datalainnya
5. Menetapkan proses sampling dan jumlah sampel
6. Menyusun rencana analisis data
Dalam desain riset pemasaran diklasifikasikan menjadi beberapa, berikut klasifikasi dari desain riset pemasaran.
Perbandingan Riset Eksploratoris & Konklusif
Riset Eksploratoris dan Konklusif pada prinsipnya memiliki perbedaan, yang dapat diukur dari tujuan, karakteristik, temuan, dan outcome. Berikut perbandingan dasar dari riset eksploratoris dan konklusif pada tabel dibawah ini.
No | Aspek | Eksploratoris | Konklusif |
---|---|---|---|
1 | Tujuan | Memberi wawasan danpemahaman | Menguji hipotesis spesifik dan menilai hubungan tertentu |
2 | Karakteristik | Informasi yang dibutuhkan dirumuskan secara “longgar” | Proses riset bersifat fleksibel dan tidak terstruktur |
Sampel kecil dan non representatif | Analisis data primer bersifat kualitatif | ||
Informasi yang dibutuhkan telah dirumuskan dengan jelas | Proses riset bersifat formal dan terstruktur | ||
Sampel besar dan representatif | Analisis data bersifat kuantitatif | ||
3 | Temuan / Hasil | Tentatif | Konklusif |
4 | Outcome | Biasanya diikuti dengan riset ekploratoris lanjutan atau riset konklusif | Temuan digunakan sebagai input untuk pengambilan keputusan |
Riset Eksploratoris
Tujuan utama dari riset eksploratoris adalah memberikan gagasan, wawasan, dan pemahaman atas situasi permasalahan yang dihadapi peneliti. Penelitian riset eksploratoris bermanfaat dalam situasi dimana peneliti tidak memiliki pemahaman yang memadai mengenai masalah yang menjadi fokus utama dalam proyek riset pemasaran.
Kemudahan dari riset eksploratoris adalah bercirikan fleksibel karena prosedur riset formal tidak digunakan. Jarang memakai kuesioner terstruktur, sampel besar dan sampel probabilitas. Serta fokus penelitian dapat berubah ketika memiliki gagasan atau wawasan baru.
Kreatifitas dari peneliti dalam riset eksploratoris memainkan peran penting. Riset ini dibagi menjadi 3 (tiga) kategori:
1. Experience Surveys
Teknik riset berupa diskusi dengan para individu yang dianggap pakar/menguasai masalah riset baik dalam/luar organisasi seperti konsultan, dosen, ilmuwan, manajer, dll.
2. Analisis Data Sekunder
Teknik riset diperoleh dari berbagai sumber baik internal (faktur penjualan, decision support system intelijensi pemasaran) atau eksternal (internet, BPS, direktori, jurnal, dll) cara ini hemat biaya dan lebih cepat.
3. Pilot Studies
Teknik analisis yang digunakan untuk merujuk pada serangkaian teknik riset yang menggunakan sampling, namun dengan standar yang fleksibel/”longggar” sebagai data primer yang dikumpulkan dari konsumen/beberapa pakar pilot studies diklasifikasikan terdiri dari.
4. Focus Group Interviews
Wawancara yang tidak terstruktur yang dilakukan dalam kelompok kecil responden (6 – 12 orang) dengan dipimpin seorang moderator yang membahas topik yang berkenaan dengan jonsep merek, iklan atau produk baru.
Pada penelitian riset eksploratoris dikenal pula beberapa hal diantaranya case study, projective techniques dan in-depth internviews.
1. Case study: teknik yang secara intensif meneliti satu atau sejumlah kecil situasi yang mirip dengan situasi masalah ayng dihadapi.
2. Projective techniques: teknik bertanya secara tidak langsung melalui pihak ketiga guna untuk mengungkapkan sikap, motivasi, reaksi defensif dan karakteristik individu dalam merespon sesuatu.
3. In-depth interviews: wawancara banyak yang tidak terstruktur dengan mengharapkan jawaban yang dalam & rinci
Riset Konklusif
Penelitian riset konklusif merupakan penelitian yang menguji hipotesis, sehingga penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis dan hubungan spesifik tertentu. Pada riset konklusif terdiri atas:
1. Riset Deskriptif
Riset deskriptif merupakan riset yang bertujuan mendeskripsikan karakteristik / fungsi pasar. Beberapa alternatif yang cocok untuk tipe ini :
a. Menggambarkan karakteristik kelompok relevan seperti konsumen, wiraniaga, organisasi, area pasar. Misalnya kita dapat mengidentifikasi profil “heavy user” toko buku gramedia
b. Mengestimasi persentase unit populasi tertentu yang menunjukan perilaku tertentu. Misalnya kita dapat mengestimasi presentase “heavy user” gramedia yang juga berbelanja di toko buku lain.
c. Menentukan persepsi terhadap karakteristik produk. Contoh bagaiman konsumen mempersepsikan berbagai toko buku berdasarkan kriteria pemilihan
d. Menentukan tingkat asosiasi terhadap variabel pemasaran. Contoh seberapa jauh hubungan antara berbelanja di toserba dengan kebiasaan jajan makanan.
e. Menentukan prediksi spesifik. Contoh berapa penjual ritel matahari toserba untuk busana wanita di Bandung
Macam-Macam Riset Deskriptif
a. Cross-sectional : type desain riset yang berupa pengumpulan informasi dari sampel tertentu yang hanya dilakukan satu kali. Type ini terbagi menjadi 2, yaitu 1) single cross-sectional : hanya ada satu sampel dari populasi target dan informasi dikumpulkan dari sampel tersebut hanya satu kali. Type ini sering disebut pula sample survey research designs. 2) Multiple cross sectional : dimana ada dua atau lebih sampel responden dan informasi dikumpulkan dari masing-masing sampel hanya satu kali. Dalam banyak kasus informasi dikumpulkan dari sampel yang berbeda pada waktu yang berbeda
b. Longitudinal, yaitu : type riset yang melibatkan sampel tetap (fixed sample) dari eleman populasi yang diukur berulang kali. Eleman tersebut tetap sama sepanjang waktu, sampel responden biasanya rumah tangga, yang sepakat memberikan informasi pada interval waktu tertentu selama periode tertentu.
Tabel 7. Keunggulan & Kelemahan Desain Cross-Sectional VS Longitudinal
Kriteria Evaluasi | Desain Cross-Sectional | Desain Longitudinal |
---|---|---|
Mendeteksi perubahan | - | + |
Pengumpulan data dalam jumlah besar | - | + |
Akurasi | - | + |
Sampling yang representatif | + | - |
Responden blas | + | - |
2. Riset Kausal
Riset kausal adalah tipe riset konklusif yang bertujuan untuk menentukan hubungan sebab-akibat (hubungan kausal) dari suatu fenomena. Peneliti sering kali mengambil keputusan berdasarkan asumsi terhadap hubungan kausalitas tertentu, dibutuhkan riset formal untuk menilai validitasnya.
Penelitian riset kausal memiliki tujuan, diantaranya:
a. Memahami variabel yang menjadi penyebab (variabel independen) dan variabel yang menjadi akibat (variabel dependen) dari suatu fenomena.
b. Menentukan karakteristik hubungan antar variabel kausal dan dampak yang diprediksi.
Contoh: asumsi umum bahwa jika harga diturunkan maka penjualan dan pangsa pasar akan meningkat, belum tentu berlaku dalam lingkungan persaingan tertentu.
Perancangan Sampel dan Pengumpulan Data
Sampling merupakan salah satu alat yang penting dalam melakukan riset pemasaran yang berkaitan dengan pengumpulan, analisis, intrepretasi data yang dikumpulkan.
Sampling menyangkut studi yang dilakukan secara rinci terhadap sejumlah informasi yang relatif kecil (sampel) yang diambil dari suatu kelompok yang lebih besar (populasi).
Populasi merujuk pada sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian dilakukan. Populasi dapat terbatas (sudah terukur) dan tidak terbatas (tak terhingga).
Penelitian yang dilakukan terhadap seluruh anggota populasi disebut dengan sensus. Sampel merupakan bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci. Sampel sebagai miniatur dari populasi. Tetapi dalam pelaksanaannya selalu terjadi distorsi, untuk meminimalisasi distorsi maka sampel harus benar-benar mewakili populasi asalnya.
Kerangka Sampling
Ada 5 kriteria yang dapat digunakan untuk menilai kerangka sampling, yaitu:
1. Kecukupan : sebuah kerangka sampling harus meliputi populasi yang akan diteliti dan harus memenuhi tujuan penelitian.
2. Kelengkapan : jika kerangka sampling tidak mencakup unit-unit populasi yang seharusnya dimasukkan, maka unsur yang terlewatkan tersebut akan kehilangan kesempatan untuk dipilih dan sampelnya akan menjadi bias.
3. Tidak ada pengulangan : sampel dalam pengambilan data yang lebih dari satu kali maka data akan menjadi bias.
4. Ketelitian : Banyak daftar sampling yang kurang sesuai dengan sifat dinamis populasinya, untuk itu peneliti perlu berusaha mencari informasi yang up to date
5. Kenyamanan : penomoran data akan membantu dalam memilih unit sampling.
Metode Sampling
Metode sampling dapat dibedakan menjadi 2 jenis :
1. Propability sampling
Probability Sampling adalah metode sampling yang setiap anggota populasinya memiliki peluang spesifik dan bukan nol untuk terpilih sebagai sampel.
Peluangnya tersebut dapat sama, dapat pula tidak sama besarnya dengan anggota populasi lainnya.
Contoh : jika pemimpin sebuah majalah ingin memilih sampel secara acak sebanyak 100 orang dari 10000 pembacanya, maka setiap pelanggan memiliki pelung 1% (100/10.000) untuk terpilih menjadi sampel.
Ada beberapa jenis propability sampling yang banyak digunakan, diantaranya :
a. Sampling acak sederhana (simple random sampling)
Suatu sampel dikatakan random jika setiap unsur atau anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
Metode ini terdiri dari :
- Metode undian
- Metode dengan tabel bilangan random
b. Sampling acak stratifikasi (stratified random sampling)
Apabila unsur populasi tidak homogen (heterogen) dapat dilakukan pembagian berdasarkan ciri tertentu dalam pembentukan kelompok yang lebih kecil (strata) misalnya, stratifikasi pelanggan menurut jenis kelamin, penghasilan, pendidikan, dll
Metode ini terdiri dari :
- Uniform sampling fraction. Cara ini setiap strata akan diambil sample dalam proporsi sesuai dengan kenyataan. Besar kecilnya sampel untuk setiap strata bergantung pada ukuran relatif populasi masing-masing strata. Contoh Uniform sampling fraction : sampel 100 toko.
Strata I (Toko independent) = 700/1000 x 100 = 70 toko
Strata II (Toserba) = 200/1000 x 100 = 20 toko
Strata III (specialty store) = 100/1000 x 100 = 10 toko
Total 100 toko
Sedangkan jika ingin menggunakan Variabel sampling fraction, dapat memodifikasi kriteria penentuan jumlah sampel. Misalnya presentase terhadap total penjualan pakaian jadi merupakan dasar pertimbangan yang lebih penting, maka komposisi sampelnya menjadi :
Strata I (Toko independent) = 20%x 100 = 20 toko
Strata II (Toserba) = 50% x 100 = 50 toko
Strata III (specialty store) = 30% x 100 = 30 toko
Total 100 toko
- Variabel sampling fraction. Metode ini hampir sama dengan Uniform sampling fraction hanya saja lebih jelas.
c. Cluster sampling
Pada cluster sampling unsur-unsur populasi dalam sub kelompok (klaster) Unsur-unsur ini dapat dilakukan dengan menggunakan dasar wilayah, atau batas-batas alam seperti gunung, sungai, dll. Setelah dibagi per wilayah, maka dapat dilakukan dengan sistem acak.
d. Sampling sistematis
Sampel ini unsur-unsur populasi dipilih dengan jarak interval yang sama. Sampel dipilih setiap jarak interval tertentu, titik awalnya 8 intervalnya 10, maka sampelnya : 8, 18, 28, 38.
e. Sampling bertahap
Biasanya sample dipilih hanya 1 kali, yaitu sebelum proses pengumpulan data. Kelemahannya sampel ini sangat kecil, sampel dipilih bertahap (beberapa kali) sampai keadaan dimana dipandang telah cukup untuk mengambil kesimpulan. Atau menggunakan dua atau lebih dari probability
2. Non Propability sampling
Setiap unsur unsur dalam populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan anggota probabilitas anggota populasi tertentu untuk terpilih tidak diketahui. Pemilihan uni sampling didasarkan pada pertimbangan atau penilaian subjektif.
Beberapa jenis non probability sampling :
a. Quota sampling: metode memilih sample yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan, misalnya konsumen motor bebek bandung
b. Accidental sampling: memilih sampel dari orang yang mudah dijumpai, misalnya mahasiswa di kampus.
c. Purposive sampling: memilih orang yang terseleksi oleh peneliti berpengalaman berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel. Misalnya orang yang mempunyai pendapatan tertentu, profesi.
d. Snowball sampling : responden awal dipilih berdasarkan metode-metode probabilitas, kemudian mereka diminta untuk memberikan informasi mengenai rekan-rekannya sehingga diperoleh lagi responden tambahan.
Pengukuran Variabel
Pengertian Pengukuran: Esensi pengukuran adalah untuk mempelajari suatu objek tertentu Tujuan pengukuran adalah untuk menterjemahkan karakteristik suatu objek atau kejadian ke dalam suatu bentuk agar peneliti dapat menganalisa secara empirik Pengukuran dapat di definisikan sebagai penetapan atau pemberian angka pada suatu objek menurut aturan tertentu Komponen pengukuran: memilih objek, mengembangkan suatu set aturan pemetaan,mengaplikasikan pemetaan.
Tujuan, Definisi dan Komponen Pengukuran
Tujuan pengukuran adalah menterjemahkan karakteristik suatu objek atau kejadian ke dalam suatu bentuk agar peneliti dapat menganalisanya. Ukuran dalam suatu riset berupa angka-angka tertentu yang ditetapkan terhadap sesuatu objek menurut aturan tertentu.
Proses Pengukuran Variabel
Variabel penelitian dapat diukur,berikut proses dari pengukuran variabel penelitian.
1. Menentukan kejadian atau objek empirik
2. Mengembangkan konsep yang menjadi perhatian
3. Merumuskan definisi konstitutif & operasional
4. Mengembangkan skala pengukuran
5. Mengevaluasi skala berdasarkan validitas dan reliabilitas
6. Memanfaatkan skala
Jenis Skala
Skala adalah suatu alat atau mekanisme dalam membedakan suatu variabel yang menjadi perhatian ke dalam suatu bentuk tertentu. 4 jenis skala adalah sebagai berikut :
1. Nominal
Skala nominal adalah suatu skala yang menggunakan angka atau huruf untuk suatu objek yang hanya menunjukan label saja tidak mencerminkan tingkatan atau nilai.
Misal peneliti mengkategorisasi pengunjung ke sebuah toko swalayan, jika yang datang berjenis kelamin “pria” = 1 dan “wanita” = 2, artinya ada dua kelompok/kategori yaitu pria dan wanita.Dalam hal ini nilai/angka hanya sebuah simbol tidak menunjukan tingkatan.
2. Ordinal
Skala ordinal adalah pemberian angka pada suatu objek yang menunjukan tingkatan/peringkat. Pada skala ini urutan angka dimulai dari tingkat terendah hingga tertinggi.
Misalnya, seorang peneliti bermaksud mengurutkan daya tarik belanja ke sebuah toko. Dengan karakteristik terpenting diberi angka 1, urutan selanjutnya 2, dan seterusnya.
Misalnya tingkatan terendah dari kepuasan adalah angka tidak puas adalah 1, angka 2 menunjukan sedang, dan angka 3 menunjukan pelanggan yang puas atau sebaliknya.
Data skala ordinal tersebut termasuk pada jenis data kualitatif, hal ini sama dengan data yang bersifat nominal, untuk menganalisis data kualitatif maka yang paling tepat digunakan statistik nonparametrik, sedangkan data kuantitatif cocok menggunakan statistik paramatrik
3. Interval
Skala interval adalah skala yang menggunkan angka untuk set objek dengan jarak yang sama antara satu ciri/sifat objek maupun kejadian yang diukur.skala ini memiliki sifat-sifat skala nominal, ordinal ditambah ciri “nilai jarak yang sama” dari objek yang diukur. Jarak antara angka 1 ke 2 sama dengan jarak antara 2 ke 3. contoh lain adalah jarak waktu yang ditunjukan oleh hari maupun jam. Hari senin jarak hari ke hari selasa, rabu ke kamis, dan seterusnya, atau jam 1 ke jam 2 atau sebaliknya. Contoh lain data pelanggan yang membeli jeruk dengan berat 2kg hingga 3,99kg termasuk kategori A, kemudian pelanggan yang membeli 4kg hingga 5,99kg dikategorikan B, jarak antara A ke B mencerminkan set nilai antara 2kg tetapi tidak absolut, karena pembelian kategori A dari 2kg- 3,99kg sehingga pembeli 3,5kg termasuk kategori A.
4. Rasio
Skala rasio adalah skala yang menggunakan angka pada objek yang memiliki nilai absolut/mutlak/nilai yang tanpa diragukan. Contoh angka yang menunjukan berat barang, jumlah transaksi, gaji pegawai, jam kerja mesin, harga produk, jumlah antrian, dll. Contoh jumlah pegawai suatu perusahaan 120 orang, ini merupakan angka mutlak.
Skala ini tidak ada pemberian kode seperti hal nya pada skala ordinal dan nominal.
Jenis data dalam penelitian dibagi menjadi 2 (dua) yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Kedua jenis data tersebut dapat diukur melalui skala pengukuran. Berdarkan karakteristiknya, skala memiliki perbedaan. Berikut penjabarannya pada tabel dibawah ini.
Validitas & Reliabilitas Pengukuran
Ketika peneliti telah menentukan variabel penelitian secara konseptual, langkah berikutnya memilih jenis skala yang tapat yang akan menentukan keakuratan dan konsistensi pengukuran yang sangat menentukan pencapaian tujuan riset.
Ada tiga kriteria pengukuran yang baik :
1. Validitas(validity)
Sebagai alat ukur. Alat ukur yang baik adalah dapat mengukur dengan benar dan tepat, jika tidak baik akan menghasilkan pengukuran data yang meleset. Suatu pengukuran dikatakan valid atau sahih, jika alat ukur yang digunakan benarbenar dapat mengukur apa yang kita ukur Secara umum validitas pengukuran dalam riset terdiri dari :
a. Validitas isi (content validity)
b. Validitas yang berhubungan dengan kriteria, meliputi validitas prediktif dan validitas kebersamaan
c. Validitas konstruk, meliputi validitas konvergensi
Tabel Jenis Validitas
Validitas Isi
Alat ukur ini dapat mengukur objek/kejadian secara representatif dari keseluruhan isi kejadian yang diukur. Terkadang jumlah pertanyaan (alat ukur) yang diajukan tidak mampu merekap seluruh jawaban yang dibutuhkan.
Contoh :
a. Bagaimana pendapat anda mengenai toko swalayan ini?
b. Apakah anda merasa mudah mendapatkan barang yang anda cari di toko ini? sangat sulit 1-2-3-4-5 sangat mudah
Berdasarkan contoh diatas alat ukur no 2 akan memiliki validitas isi yang jauh lebih tajam/baik
2. Reliabilitas (reliability)
Alat ukur yang baik adalah yang memiliki tingkat keandalan yang tinggi. Suatu alat ukur andal jika alat ukur tersebut mampu menghasilkan pengukuran keadaan/kejadian yang konsisten meskipun digunakan berulang-ulang pada waktu yang berbeda, instrumen yang andal adalah alat yang kuat, sebaliknya alat ukur yang tidak andal menghasilkan pengukuran yang tidak stabil
3. Kepraktisan (practicality)
Berkaitan dengan kehematan, kemudahan, dan dapat dimengerti.
Desain Kuesioner
Kuesioner atau angket merupakan serangkaian pertanyaan tertulis yang kemudian disampaikan kepada sejumlah responden. Melalui kuesioner, peneliti telah terlebih dahulu mendefinisikan pertanyaan serta jawaban, karena itu umumnya kuesioner telah menyediakan jawaban yang hendak dipilih responden
Penampilan Umum Kuesioner
Beberapa hal yang mempengaruhi Penampilan umum (general setup) kuesioner dalam menciptakan daya tarik kuesioner bagi responden :
1. Introduksi kuesioner
Introduksi menyampaikan materi yang akan disampaikan. Umumnya berisikan judul penelitian, tujuan utama penelitian, manfaat penelitian, dan harapan agar responden dapat menjawab dengan benar.
Contoh :
Yth. Partisipan,
Kuesioner ini dirancang untuk studi ”analisis Kualitas Layanan dan Pengaruhnya terhadap Kepuasan Pelanggan”. Tujuan utamanya untuk mengungkapkan tingkat kepuasan anda atas layanan para petugas di hotel ini.
Jawaban anda sangat bermanfaat untuk menindaklanjuti perbaikan kualitas layanan kami di masa datang. Untuk itu, besar harapan kami anda bersedia menjawab sesuai dengan opini anda. Terima kasih.
2. Intruksi pengisian
Intruksi harus disajikan dengan singkat dan jelas. Intruksi yang kurang jelas akan menyebabkan sebagian responden tidak mengisi dengan benar.
Contoh :
Pertanyaan dibawah ini dimaksudkan untuk anda jawab berdasarkan pengalaman anda mengunjungi hotel ini. Berikan tanda ceklis (v) pada salah satu angka yang sesuai dengan skala dibawah ini :
3. Tata letak tulisan
Letak tulisan yang menarik dipandang dan dipilih huruf yang jelas. Kertas berwarna akan lebih menarik.
4. Tata warna tampilan
Proses Mengembangkan Pertanyaan
Sebuah pertanyaan perlu dikembangkan untuk mengambil inti dari informasi yang akan ditemukan. Namun demikian tidak boleh lepas dari pokok pertanyaan. Berikut proses dari pengembangan pertanyaan.
Untuk mempermudah pengembangan pertanyaan, sebaiknya dibuat operasionalisasi pertanyaan. Berikut contoh dari penjelasan operasionalisasi variabel penelitian.
Tabel Operasionalisasi Variabel
Demikianlah kkriteria riset ilmiah pada riset pemasaran. semoga bermanfaat.